DPSP Borobudur Butuh Daya Tarik Penyangga untuk Tingkatkan Wisatawan

BERITAMAMAGELANG.ID - Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur, Kabupaten Magelang, membutuhkan daya tarik wisata penyangga untuk memperpanjang durasi kunjungan wisatawan. Hal ini diungkapkan oleh Doddy Aditya Iskandar, anggota Tim Tenaga Ahli Pusat Studi Pariwisata UGM Yogyakarta, dalam kegiatan Sosialisasi Penyusunan Masterplan Daya Tarik Wisata Kabupaten Magelang di Kasuari Ecotix Resort Bandongan, Jumat (6/12/2024).  


Menurut Doddy, beberapa lokasi potensial yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik penyangga antara lain area pinggir Sungai Progo di Jalan Bripda Khudori (jalan alternatif menuju Candi Borobudur) dan Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan.  


"Konsep pengembangan destinasi wisata di sekitar Borobudur mengacu pada Wellness Tourism yang berfokus pada alam dan budaya lokal, seperti gastronomi lokal, kuliner khas, serta kegiatan yang mendukung kebugaran fisik dan mental," jelas Doddy.  


Doddy menambahkan bahwa potensi pasar pariwisata di wilayah Borobudur masih besar, khususnya untuk wisatawan dari perkotaan seperti Yogyakarta dan Kedungsepur (Semarang). Namun, pengembangan wisata di luar kawasan Borobudur masih kurang optimal.  


"Pengeluaran wisatawan dan lama tinggal mereka masih relatif rendah. Selain itu, kegiatan wisata di luar KSPN Borobudur belum memiliki fokus tema yang dapat dieksplorasi dan dikembangkan lebih jauh," lanjutnya.  


Pengelolaan aset daerah melalui BUMD Kabupaten Magelang juga dinilai belum maksimal dalam mendukung sektor pariwisata.  


Dengan pengembangan daya tarik wisata penyangga dan fokus pada Wellness Tourism, diharapkan pariwisata Kabupaten Magelang dapat memberikan pengalaman yang lebih beragam bagi wisatawan sekaligus meningkatkan kontribusi ekonomi lokal.  


Kegiatan tersebut dibuka oleh Adyatama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang, Yusuf Indra Darmawan. Acara ini dihadiri warga Deyangan, masyarakat sekitar Sungai Progo, pelaku wisata, serta perwakilan dari PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia).