
BERITAMAGELANG.ID - Situs Brongsongan menjadi saksi peribadatan Hindu di Kawasan Borobudur. Situs tersebut memiliki struktur bata kuno yang sering dihubungkan dengan pemujaan Hindu pada abad ke-8 hingga 10 Masehi. Bahkan, situs yang terletak di Desa Wringinputih, Borobudur ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat nasional pada 2014 lalu.
Arkeolog Museum dan Cagar Budaya (MCB) Warisan Dunia Borobudur, Hari Setyawan menyampaikan, Situs Brongsongan sudah teridentifikasi dari laporan dinas purbakala Belanda atau Raporten Oudheidkundig Dienst (ROD) sekitar tahun 900-an. Hanya saja, nama situs itu bukan Brongsongan, melainkan Sri Anom dan Situs Kanggan.
Sementara nama Brongsongan yang kini melekat pada situs itu merujuk pada dusun di mana situs berada. Situs tersebut, teridentifikasi dengan adanya indikasi temuan lingga dan yoni serta beberapa arca sejak masa kolonial Hindia Belanda. Saat itu, ada dua yoni berukuran besar dan kecil.
"Yoni berukuran lebih besar berada di tengah-tengah lokasi dan yoni berukuran kecil berada di pinggir lahan," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Hari menyebut, yoni yang lebih besar itu memiliki cerat menghadap ke utara. Hiasan atau motif dekoratif pada yoni dijumpai di bawah ceratnya, yaitu berupa pahatan garuda dengan posisi jongkok dan mengangkat cerat yoni ke atas punggung kura-kura.
Sedangkan cerat yoni yang lebih kecil nampaknya terputus atau patah dari bagian tubuh yoni. Hal itu dapat dilihat dari bekas pahatan pada salah satu sisi bidangnya.
"Indikasinya, dulu dimungkinkan Situs Brongsongan ini adalah situs yang merupakan kompleks peribadatan Hindu di abad 8-10 Masehi dan berasosiasi dengan struktur bata," paparnya.
Yoni tersebut, kata Hari, memiliki karakteristik yang berbeda dengan lainnya. Itu menandakan bahwa sebenarnya pemukiman di Kawasan Borobudur juga dikelilingi oleh situs bercorak Hindu. Artinya, masyarakat di kawasan Borobudur juga menganut agama Hindu, meski candi utamanya adalah candi bercorak Buddha, yaitu Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
Dia menjelaskan, upaya pelestarian Situs Brongsongan sudah mulai sejak 2018 dan 2020. Yaitu dengan melakukan ekskavasi atau penyelamatan di sisi utara dan barat. Saat melakukan ekskavasi, lanjut dia, para arkeolog menemukan struktur bata. Struktur bata ini pada masa Belanda belum terindentifikasi.
"Belum ada indikasi temuan, hanya ditemukan fragmen bata saja," sebutnya.
Namun, struktur bata itu ditemukan sekitar tahun 2020-an. Struktur tersebut dinilai memiliki pertanggalan se-zaman dengan Candi Borobudur, Pawon, dan Mendut. Upaya ekskavasi itu juga dilakukan dengan membangun sarana prasarana untuk melindungi Situs Brongsongan. Lalu, edukasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Pada 2023, upaya konservasi pada situs tersebut dilanjutkan dengan melakukan pemugaran dan penguatan struktur. Saat itu, dia menyebut, MCB menemukan bagian atas arca Nandi Swara yang ditemukan di kedalaman 50 cm saat membuat pondasi pagar. Arca tersebut telah disatukan kembali dengan bagian tubuh bawahnya yang ditemukan sekitar 20 tahun lalu.
Hari menambahkan, Situs Brongsongan bukan satu-satunya situs Hindu di kawasan Borobudur. Melainkan terdapat beberapa situs lain seperti Situs Bowongan, Situs Samberan, dan Situs Plandi, yang memuat tinggalan lingga dan yoni serta struktur bata kuno yang kental dengan kepercayaan Hindu.