Motif Khas Batik Magelang, Melestarikan Ingatan Budaya Lokal

BERITAMAGELANG.ID - Menelusur jejak budaya melalui motif batik khas Kabupaten Magelang. Merangkum dan merangkul kekuatan masyarakat lokal.   


Membuka lembar kain batik yang diusulkan para perajin, seperti mengudar antropologi masyarakat Magelang. Impresi Borobudur, kesenian tradisional, serta hasil bumi yang dipanen dari jagad Magelang, tergambar di situ.       


Pada detail motif batik khas Magelang, kita bisa menemukan ornamen-ornamen unik seperti stupa dan teratai Candi Borobudur. Kesenian jaran kepang, serta kopi.      


Salah satu motif yang ditawarkan, "Salak Kopi" misalnya, menggambarkan kehidupan di Magelang yang memiliki hasil bumi berlimpah. Motif batik ini menghasilkan stilasi stupa candi menjadi susunan serupa sisik salak.


Pada motif Salak Kopi, lakaran biji dan bunga kopi menghias empat sisi motif utama yang didominasi citra bunga teratai yang mekar. Sekali lagi, khas Candi Borobudur.


"Kan banyak sekali hasil panen kopi di daerah Grabag dan Ngablak dibawa ke Temanggung. Hasil bumi kita. Tapi kita belum begitu bisa menjual. Menjadi insiprasi kami untuk ditampilkan dalam motif khas batik Magelang," kata Ketua Kluster Batik Magelang, Hayatini Siswiningrum.


Batik Kalpataru


Masih mencuplik relief Candi Borobudur, pohon bodhi yang daunnya berbentuk hati, dipakai sebagai ornamen penting pada motif batik Kalpataru.


Motif ini menjodohkan konsep pohon kalpataru dengan teratai yang dicanting bergaya kawung. Gaya kawung dikenal sebagai motif yang sering ditemukan pada batik tradisional Jawa.


Di Magelang, motif teratainya dibentuk kawung. Ide motifnya kami ambil dari relief Candi Borobudur, tapi apikasinya ke batik menggunakan pola tradisional.


Dikutip dari buku Traditional Batik of Kauman, Solo berdasarkan fungsi, motif batik terbagi dua kategori: Larangan dan lung-lungan.


Motif kawung termasuk dalam kategori batik larangan yang biasanya dipakai untuk upacara penting. Selain kawung, ada motif parang rusak yang hanya dipakai pada acara tertentu, terbatas untuk kalangan bangsawan. 


Batik Kalpataru diapit ornamen jaran kepang yang wajib ada pada tari soreng. Semua detail motif yang hadir pada batik khas, sebisa mungkin merangkum semua sudut hidup rakyat Magelang.


Menurut Hayatini, Kabupaten Magelang perlu memiliki motif khas batik sebagai identitas kebudayaan. Identitas itu nantinya akan dikenalkan kepada orang-orang yang bertandang.


"Orang yang datang ke Magelang pasti akan tanya khasnya apa? Karena untuk oleh-oleh. Mereka datang ke Magelang, ke Candi Borobudur berharap pulang bawa oleh-oleh yang beda dari daerah lain," kata Hayatini.


Selama ini batik yang dijual di tempat wisata atau toko oleh-oleh belum menggambarkan ke-khasan Magelang. Motif stupa atau kopi belum pernah ditetapkan secara resmi sebagai motif khas Kabupaten Magelang.


"Kalau tidak segera diputuskan mana motif khasnya, kita menjawab itu susah. Kita menjawab ada stupa dan macam-macam motif, itu belum disahkan," terangnya.


Berkembang Bersama


Selain perkara identitas, motif khas batik Magelang juga bisa menjadi salah satu solusi masalah ekonomi masyarakat. Model usaha batik yang padat karya dapat membantu mengatasi pengangguran.   


Rumah usaha batik milik Hayatini di Dusun Dukuhan, Muntilan, memberdayakan sembilan orang pekerja. Dia menjual batik buatannya dengan merek pasar "Saniyya Batik".


Tidak hanya menghidupi usahanya sendiri, Hayatini mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut mencari rezeki dari batik. Melalui Koperasi Sawut Sewu Gemilang, dia berupaya membangun ekosistem usaha perajin batik.   


"Batik ini usaha padat karya. Pembatik biasanya kolaborasi dengan warga sekitar. Saya sekitar Muntilan, Salam, Ngluwar. Mereka ambil canting dari sini. Dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah. Kalau sudah selesai dibawa ke sini lagi (untuk diwarnai)," jelasnya.


Para pembatik di luar pabrik dibayar secara borongan. Satu lembar kain yang selesai dilukis, dihargai upah Rp25 ribu hingga Rp200 ribu, tergantung jenis motif batik.    


Jenis motif yang dipesan juga memengaruhi lamanya waktu pekerjaan. Tidak ada patokan pasti berapa lama perajin bisa menyelesaikan pesanan satu lembar kain batik tulis. 


"Upah per lembarnya tergantung banyak tidaknya motif. Ada yang Rp25 ribu kalau motifnya sedikit sekali. Tapi ada juga yang Rp200 ribu kalau motif cecek atau isen-isen-nya banyak," lanjutnya.


Jika sedang banyak pesanan, Hayatini menjawil semua pembatik binaannya yang kebanyakan anggota Koperasi Sawut Sewu Gemilang. Beberapa pelanggan ada yang khusus meminta batik digarap oleh anggota koperasi.


"Seringnya ya pembatik dari sekitaran sini (Kecamatan Muntilan). Tapi kalau nanti pesanan banyak, semua yang kemarin sudah saya latih ya saya pakai semua," kata dia.

 

Setelah kemarin mengajukan beberapa motif, Hayatini berharap Bupati terpilih, Grengseng Pamuji, menetapkan motif khas batik Magelang.


Miwiti Ekosistem Batik


Selain meminta penetapan motif, para perajin juga meminta bupati menjamin perlindungan usaha bagi para perajin lokal. Proteksi itu bisa dituangkan dalam bentuk peraturan daerah.


"Perda itu juga mengatur bahwa usaha batik di Magelang harus dikerjakan oleh tenaga kerja Magelang. Bukan hanya pemiliknya yang orang Magelang. Agar bisa mengentaskan banyak orang," harapnya.


Sebab saat ini, kata Hayatini, banyak pengusaha batik yang memekerjakan buruh dari luar Magelang. Beberapa bahkan melempar pesanan untuk digarap oleh perajin dari Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan karena upahnya lebih murah. 


"Misal ambil tukang cap dari Pekalongan, terus angkatan kerja kita disuruh nonton? Tenaga kerja kita yang belum bisa membuat batik kan bisa diajari," terangnya.


Keuntungan jangka panjang dari aturan itu adalah terbentuknya ekosistem perajin batik di Magelang. Bertambahnya pekerja batik di Magelang dapat menekan biaya produksi.


Jika biaya produksi bisa dikurangi, harga batik buatan perajin Magelang dapat bersaing dengan batik Pekalongan atau Solo. 


"Kita harus mulai mencintai wilayah kita. Mencintai orang di sekitar kita. Nggak usah keluar," kata Hayatini.


Seniman tari Borobudur, Eko Sunyoto menyambut antusias upaya perajin batik mengusulkan motif khas batik Magelang. Langkah ini menjadi cara melestarikan budaya lokal.


Dia menawarkan kolaborasi perajin batik dengan seniman tari untuk menampilkan pertunjukan motif khas batik Magelang. 


"Ini menjadi pagar hidup ketahanan budaya yang kita punya. Mengaplikasikan budaya kita dalam bentuk-bentuk (media) yang lain. Ini mendorong kreatifitas seni," kata pemilik Sanggar Kinara Kinari Borobudur tersebut.