Musik Unik Blekothek Cah SD Kenalan Siap Meriahkan FBA 2024

BERITAMAGELANG.ID - Entitas seni perkusi anak anak Desa Kenalan Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang akan mewarnai Festival Bhumi Atshanti (FBA) ke 3 yang digelar 6-8 September 2024 bersama bersama 350 lebih pelaku seni dari berbagai daerah.


Fransiscus Xaverius Fri Harna, pendamping pembelajaran agraria dan IT di SD Kanisius Kenalan mengatakan, musik blekothek yang kini menjadi ekstrakurikuler di SD Kanisius, nantinya akan ditampilkan oleh anak-anak kelas 4, 5 dan 6.


Musik perkusi blekothek ini pertama kali dikenal dan dimainkan di tahun 2014. Unik karena memakai barang bekas, kelompok musik blekothek ini sudah memenuhi permintaan 30 kali pentas.


"Kami juga sudah beberapa kali tampil di Yogyakarta," ujar Frans dalam acara press conference FBA 3 tahun 2024 di Bhumi Atsanti, Dusun Bumisegoro, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2024).


Menurut Frans, Desa Kenalan berada disebelah selatan Candi Borobudur di antara perbukitan Menoreh. Keberadaan musik blekothek merupakan komunitas musik pendidikan yang terbentuk tahun 2008 berbasis spirit Jawa.


Nama blekothek sendiri menjadi akronim "biar jelek otaknya harus tetap melek" tidak terpisahkan dari pendidikan sekolah anak anak. Alat musik perkusi yang digunakan dari alat rumah tangga yang bekas dengan ritme Gambang bambu.


Blekothek, imbuh Frans juga memiliki korelasi antara pendidikan dengan budaya, yang mana aktifitas bermusik itu diharapkan menjadi entitas anak desa yang rindu akan alam, anak-anak lebih peduli lingkungan, dan sekaligus jadi aktifitas bermusik yang ramah bagi anak anak.


"Integrasi hasil perenungan anak saat belajar. Bagi kita awalnya asing dari karawitan Jathilan ke hal baru (blekothek) itu," jelas Frans.


Sementara itu, Ketua Yayasan Atma Nusvantara Jati (Atsanti Foundation) MF Nilo Wardhani, yang akrab disapa Dhani, mengatakan, pihaknya sendiri tidak bisa menyebutkan secara spesifik, mana pentas yang paling menarik untuk disaksikan.


Dia mencontohkan, pentas musik blekothek dari SD Kanisius Kenalan, Kecamatan Borobudur misalnya, menarik karena yang melakukan pentas adalah anak-anak SD, dan musik yang dimainkan menggunakan barang bekas seperti galon, kaleng, kayu dan bambu.


Tidak kalah menarik, nantinya juga ada pentas dari kelompok seniman dari Kamoro Papua yang nantinya akan menari, memahat dan membuat noken.


"Tidak bisa disebut mana yang lebih indah, karena setiap pentas kesenian memiliki bentuk keindahannya masing-masing," ujarnya.


Dengan tema "Hayuning Roso" FBA 3 tahun 2024 ini sejalan dengan filosofi Jawa, Memayu hayuning bawana yang bermakna turut mempercantik dunia, maka semua tampilan dalam FBA ini adalah bagian dari upaya mempercantik rasa atau perasaan, yang diwujudkan dengan pentas-pentas kesenian.


Ketua Pelaksana FBA 3 tahun 2024, Luisa Gita menuturkan, menampilkan 350 seniman dari 18 kelompok kesenian dari berbagai kota antara lain Magelang, Yogyakarta, Cirebon, Bandung, hingga Papua. Sementara dalam dua kali penyelenggaraan sebelumnya, FBA 1, menampilkan 255 peserta penampil, dan FBA 2 melibatkan 245 peserta penampil.


Keputusan untuk menampilkan lebih banyak ragam kesenian ini sengaja dilakukan, mengikuti antusiasme, keinginan dari banyak rekan-rekan seniman yang ingin ikut tampil, terlibat dalam FBA.


"Ide untuk menampilkan lebih banyak ragam kesenian kali ini, sengaja dilakukan untuk memberi kesempatan bagi banyak seniman dalam berbagai bidang kesenian, bisa ikut terlibat dan menampilkan karya mereka kepada publik," ungkapnya