UMKM Batik Magelang Didorong Bangun Mental Pengusaha

BERITAMAGELANG.ID - Harus diakui, hari ini usaha kerajinan batik Magelang kalah moncer dari batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Cirebon. Pasar batik lokal dikuasai oleh para pemain besar dari kota-kota tersebut.


Padahal kata Ketua Kluster Batik Kabupaten Magelang, Hayatini Siswiningrum mengungkapkan, kualitas batik buatan para perajin di Magelang tidak kalah bersaing.


Menurut dia, jenis kain, pemilihan warna, serta motif batik Magelang, bisa dibilang setara dengan produk dari Solo dan Pekalongan. 


"Sangat bersaing. Kami banyak dikurasi oleh kementerian untuk ikut pameran. Lolos kurasi itu menandakan bahwa kami bisa bersaing," kata Hayatini Siswiningrum saat perayaan Hari Pers Nasional di Ketep Pass, Senin (10/2/2025).


Ada sekitar 30 perajin yang bergabung dalam Kluster Batik Magelang. Mereka mayoritas pemilik usaha batik skala kecil hingga menengah.


Upah Mahal Buruh


Masalah umum yang dikeluhkan para perajin kecil batik di Magelang adalah besarnya pengeluaran untuk upah tenaga kerja.


"Kami yang belum (bisa bersaing) itu untuk tenaga kerja. Pengusaha batik di Pekalongan dan Solo tenaga kerjanya murah, jadi bisa menekan biaya produksi," ungkapnya.


Biaya produksi yang tinggi akan mempengaruhi harga jual batik. Pembeli otomatis memilih batik dengan kualitas sama yang harganya lebih murah.


Harga batik Magelang rata-rata dibanderol antara Rp150 ribu hingga Rp2,5 juta. Meski soal harga bisa sangat relatif, beberapa orang menilai harga ini masih lebih mahal dibanding batik Solo dan Pekalongan.


Padahal besaran upah minimum kota (UMK) Magelang, tidak jauh beda dari Solo dan Pekalongan. Upah minimum Magelang tahun 2025 ditetapkan Rp2.467.488.


Jumlah itu tidak beda jauh dari UMK Surakarta Rp2.416.560. Upah minimum di Magelang bahkan lebih murah dari Kota Pekalongan, Rp2.545.000 dan Kabupaten Pekalongan Rp2.486.653.


Bedanya di Solo dan Pekalongan, usaha kerajinan batik sudah berlangsung secara turun temurun. Dua kota ini berlimpah tenaga kerja pembatik berpengalaman. 


Sedangkan di Magelang, perajin batik kebanyakan menangani sendiri seluruh proses produksi. Dari mulai menyiapkan kain, mencanting atau mengecap, hingga mewarnai dan melepas lilin (melorod).


Jika ada perajin yang mempekerjakan buruh, keterampilannya belum bisa menyamai tenaga kerja batik di Solo dan Pekalongan.


Akibatnya waktu pembuatan batik menjadi lebih lama, sehingga biaya produksi menjadi membengkak.


Jumlah tenaga kerja yang berlimpah juga meningkatkan posisi tawar pengusaha dalam menetapkan upah. Selain itu lebih bebas memilih pakai sistem kerja borongan atau harian yang lebih efisien. 


"Di Pekalongan sudah tradisi, dan murah sekali ongkos tenaga kerjanya. Kita belum bisa seperti itu," lanjutnya.


Hayatini Siswiningrum berharap, pemerintah bisa menetapkan motif khas batik Magelang. Motif yang diajukan perajin antara lain pohon kalpataru atau pohon kehidupan, daun bodhi, jaran kepang, dan teratai.


Dia berharap, setelah motif khas batik ditetapkan, pemerintah Magelang membuat aturan yang mewajibkan ASN mengenakan batik motif tersebut. 


"Batik itu usaha padat karya. Otomatis kalau banyak pesanan pasti akan melibatkan masyarakat. Mengurangi pengangguran," terangnya.


Perajin Kecil Mental Pengusaha


Bupati Magelang terpilih, Grengseng Pamudji, pada sarasehan dengan UMKM Klaster Batik meminta para perajin kecil mengubah cara pikir menjadi pengusaha. 


Tidak hanya kualitas produk yang diperbaiki, perajin kecil harus segera membenahi manajemen bisnis.


Kita menginginkan UMKM ini melenting jadi pengusaha. Dari usaha kecil menjadi usaha besar. Mestinya yang diperbaiki bukan hanya produknya tapi (juga) manajemen.


Para perajin kecil harus memiliki mental pengusaha besar. Sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah.


"Tapi bisa meningkatkan diri, sehingga bangkit menjadi pengusaha. Setelah manajemennya bener, mentalnya juga harus bener," pesan Grengseng.


Upaya membentuk mental pengusaha itu harus tumbuh dalam ruang privat masing-masing perajin. Setelah pola pikir pengusaha terbangun, pemerintah akan membantu promosi dan fasilitasi pemasaran produk.


"Ada display (pemasaran produk). Kami fasilitasi terwujudnya batik khas Kabupaten Magelang. Termasuk membantu pengajuan hak cipta. Kami fasilitasi," pungkasnya.